Eksperimentasi Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik dengan Model Pembelajaran Discovery Learning pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau dari Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa
Keywords:
Hasil belajar matematika, pendidikan matematika realistik, discovery learning, kemampuan beroikir kritis matematis siswaAbstract
Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang menggunakan pendekatan pendidikan matematika realistik dengan model pembelajaran discovery learning dan siswa yang menggunakan pendekatan pendidikan matematika realistik tanpa model pembelajaran discovery learning; (2) untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar matematika berdasarkan tingkat kemampuan berpikir kritis matematis siswa; (3) untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar matematika berdasarkan interaksi antara penerapan model pembelajaran dengan tingkat kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh intrumen kemampuan berpikir kritis matematis dan hasil belajar siswa kelas VIII MTs Negeri Kandanghaur tahun ajaran
2015/2016. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik cluster random sampling, yaitu diperoleh kelas Vlll·C sebagai kelas eksperimen I dan Vlll·G sebagai kelas eksperimen II. Data yang diperoleh dari hasil penelitian, diolah dan dianalisis uji hipotesisnya menggunakan ANAVA dua jalan, kemudian dilakukan uji lanjut menggunakan uji scheffe. Hasil analisis data yang dilakukan, diperoleh kesimpulan dari uji hipotesis sebagai berikut: (1) Fo= 0,058; Fk, (0,025;1 ;63)=
0,001; dan Fk2(0,075;2;63)= 5,273. Karena Fk1 :S Fo :S Fk2 maka Ho diterima, artinya tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang menggunakan pendekatan pendidikan matematika realistik dengan model pembelajaran discovery learning dan siswa yang menggunakan pendekatan pendidikan matematika realistik tanpa model pembelajaran discovery learning; (2) Fo=
8,566; Fk,(0,025;1;63)= 0,0253; dan Fk2(0,075;2;63)= 3,914. Karena Fo > Fk, maka Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa antara siswa yang memiliki tingkat kemampuan berpikir kritis matematis tinggi, sedang dan rendah; (3) Fo= 0,081; Fk1= 0,0253; dan
Fk2= 3,914. Karena Fk,:s Fo s Fk2 maka Ho diterima, artinya tidak terdapat perbedaan interaksi yang
signifikan antara penerapan model pembelajaran terhadap tingkat kemampuan berpikir kritis
matematis siswa. Saran yang dapat penulis sampaikan setelah melakukan penelitian ini adalah
seyogyanya para guru dapat mengembangkan lagi pendekatan dan model pembelajaran lainnya yang lebih inovatif dengan memperhatikan karakteristik siswa.